Jumat, 28 Februari 2014

Roket Indonesia buatan dalam negeri

Roket R122 memiliki daya jelajah 15 kilometer.

Peluncuran roket
Peluncuran roket (Corbis)

Indonesia akan memproduksi roket R122 secara masal seiring dengan keberhasilan uji coba peluncuran roket tersebut di Baturaja, Sumatera Selatan, beberapa waktu lalu. Pada tahap pertama yang akan diproduksi sebanyak 1.000 roket.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, Kementerian Pertahanan menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam memproduksi roket yang memiliki daya jelajah 15 kilo meter dan dapat digunakan sebagai amunisi artileri tersebut. 

Purnomo mengungkapkan, Roket R122 tersebut memiliki daya jelajah sejauh 15 kilometer, dan dapat digunakan sebagai amunisi arteleri. Proyek itu akan mulai dikerjakan pada 2012, dan selesai pada 2014. 1000 roket sebetulnya akan kami pakai untuk multiple launcher.
 
Selain pembangunan seribu roket, pemerintah saat ini juga tengah mengembangkan remote pilot vehicle, dan area vehicle, yang ditujukan sebagai pendukung alusista pertahanan Indonesia. Menhan berharap adanya nota kesepahaman dengan BPPT dapat membangkitkan industri pertahanan yang sempat mandeg karena krisis ekonomi pada tahun 1998.
 
Sumber: VIVA.co.id

PT LEN Produksi Radar Canggih untuk Kapal Perang



PT LEN Industri (Persero) memiliki kemampuan mengembangan sistem keamanan canggih untuk militer. BUMN teknologi ini telah memproduksi peralatan radar untuk kapal perang TNI Angkatan Laut (TNI AL). Peralatan radar ini, mampu menangkap kapal musuh hingga kemudian kapal berhasil dihancurkan.
 

Kita membuat, Combat Management System (CMS) untuk sistem mengatur bagaimana radar menangkap, me-lock target sampai menembak target. Berapa banyak musuh yang mengancam, itu terekam. Kita sudah bangun," tutur Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Abraham Mose dalam diskusi kebangkitan BUMN, di Hotel Sahid, Jakarta.

Abraham menambahkan, peralatan radar yang dibuat di Bandung tersebut, telah dikembangkan sejak 2011. Alat ini, bisa dipasang pada kapal perang berjenis Van Spijk dan Varcsim class.

Dari kenyataan ini sebenarnya Indonesia punya potensi untuk bisa maju. Indonesia bahkan  bisa menjadi negara maju dalam waktu 15 tahun saja dari sekarang.

Menurut Menteri BUMN ini, di Indonesia ada sekitar 136 juta orang yang ingin maju dan sudah berpikiran untuk maju. Karena itulah, mau tidak mau negara ini akan mengikuti keinginan orang-orang ini, dan mereka yang tidak ingin maju akan tertinggal di belakang. Begitupun dengan pemerintah, yang mau tidak mau harus menuruti keinginan orang-orang Indonesia yang ingin maju ini.

Senada dengan Dahlan Iskan, Chairul Tanjung juga berpendapat demikian. Ketika rombongan Komite Ekonomi Nasional (KEN) terjun langsung ke Korea Selatan untuk mempelajari kemajuan ekonomi di Korsel, menurut ketua KEN, Chairul Tanjung, kita bisa menerapkannya di Indonesia meski punya tantangan tersendiri.
 
Kunci yang utama dari orang Korea adalah dari pola berpikir. Orang Indonesia masih ragu untuk berpikir negara kita bisa menjadi negara yang maju, orang Korea sudah percaya negara mereka bisa maju. Ubah mindset, Indonesia juga bisa jadi negara yang maju," ujar Chairul Tanjung saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Seoul, Korea Selatan.

Dengan semakin berkembangnya pendidikan di Indonesia, maka bukan hal yang mustahil kemajuan itu bisa kita raih. Kita sudah mampu membuat pesawat terbang, kapal-kapal perang  canggih, helikopter serang, Tank, roket, satelit, teknologi semi konduktor, GPS, dan lain-lainnya. Sementara anak-anak muda kita bisa menjadi juara dunia dalam berbagai kompetisi internasional di bidang rekayasa perangkat lunak komputer, robot, matematika, Fisika, teknologi ramah lingkungan, Biologi, dan lain-lain. Jika kita berhasil menjadi juara dunia, itu artinya kita telah mengalahkan negara manapun untuk menjadi yang paling ahli dan cerdik. Jadi potensi kita amat besar namun banyak orang Indonesia kurang menyadari bahwa kita memang cerdas dan pintar.

Jika kita sudah terbukti mampu membuat radar kapal militer sendiri dan masih juga meragukan kemampuan diri sendiri, maka bisa dipastikan ada masalah dalam hal citra diri. Maka, sebaiknya kita mulai harus bangga menjadi diri sendiri, bangga menjadi orang Indonesia dan berhenti untuk selalu mengagumi secara berlebihan terhadap bangsa asing seolah mereka seperti dewa di atas awan.  Itu yang dilakukan Bung Karno ketika beliau marah disuguhi keju dan roti (yang merupakan makanan khas Eropa) di Istana negara dan meminta juru masak Istana untuk mengeluarkan makanan-makanan terbaik milik kita sendiri berupa rendang Padang, Sambal terasi Sidoarjo, Gudeg Yogya, dan lain-lain masakan dari seluruh penjuru nusantara. Padahal bangsa asing saja malah kagum dengan kuliner Indonesia yang sangat kaya bumbu dengan ragam yang tak terkalahkan.

Masa anak-anak muda Indonesia menjadi juara dunia di berbagai bidang asah otak masih tidak juga percaya mereka pekerja keras dan cerdas ?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan mengaku yakin dalam satu dekade ke depan, Indonesia akan naik kelas dari emerging countries menjadi salah satu negara maju di dunia. Beliau bahkan lebih yakin lagi bahwa 10 Tahun Lagi Indonesia Jadi Negara Maju. Hal ini disampaikan SBY di sela sarapan bersama warga diaspora Indonesia di New York, Kamis, 27 September 2012, pagi waktu setempat.

SBY : 10 Tahun lagi Indonesia Bisa Menjadi Negara Maju
Untuk memastikan itu terwujud, kata SBY, pemerintahannya harus menuntaskan tiga agenda besar. Pertama, Presiden ingin Indonesia terus melakukan transformasi pasca reformasi dan mematangkan demokratisasi. "Indonesia yang tampil sebagai negara maju harus mempersiapkan ini".

Kedua, setelah mengalami krisis multi dimensi luar biasa pada 1998, dan lima tahun kemudian terus menerus menghadapi situasi buruk, kini posisi Indonesia di forum dunia berada dalam keadaan baik. “Momentum ini harus dijaga dan jangan disia-siakan,” katanya. SBY mencontohkan keanggotaan Indonesia dalam forum prestisius seperti G-20 harus dijaga dan disyukuri.

Ketiga, meskipun reformasi yang dilakukan Indonesia telah mencapai banyak prestasi, tetapi kini juga muncul sejumlah masalah baru. "Oleh sebab itu, setelah 15 tahun reformasi, agenda ketiga kita yang harus dilakukan adalah pembenahan agar transformasi kita berjalan menuju arah yang benar," kata Presiden. Jika ini semua dilakukan dengan baik, kata SBY, maka dalam satu dekade ke depan, impian untuk menjadi negara maju bisa tercapai.

Sepulang dari Korea Selatan, Chairul Tanjung mendapatkan satu hal penting tentang kemajuan Korea Selatan. Menurutnya, bekerja keras sudah menjadi kebudayaan dan keharusan bagi orang Korea. Karena itulah Korea dapat menjadi negara yang maju dan berkembang.

Chairul Tanjung juga mengatakan, pendidikan sangat penting untuk menjadikan negara yang maju. Sehingga dari pendidikan dapat menghasilkan produk tenaga kerja yang siap mengantisipasi, new economi, new future.

"Ini challenge di negara kita. Dan saya yakin, Indonesia pasti bisa," katanya.

Kamis, 27 Februari 2014

Membandingkan Pesawat CN 295 Buatan PT Dirgantara Indonesia dan MA 60 Buatan China

"Soal Bikin Pesawat, Indonesia Masih di Atas China"- Ilham Habibie

Pesawat CN 295 Milik TNI AU buatan PT DI. Kuat, irit bahan bakar,
cepat, dan belum pernah mengalami kecelakaan

PM Malaysia, PM Pakistan, Pemimpin Turki, dan Presiden Korea Selatan merasa sangat puas menggunakan pesawat Buatan Bandung untuk kelas VVIP Mereka. Kepala Angkatan Udara Tentara Diraja Malaysia bahkan menyetir sendiri CN 235-220 miliknya.

Sebagai orang awam, saya agak bingung kenapa Merpati Airlines justru impor pesawat dari China berupa pesawat MA 60 turbo-prop yang saat ini digunakan, padahal soal kualitas pesawat Indonesia masih jauh di atas China.

Ilham A. Habibie, putra sulung mantan Presiden RI BJ Habibie, bukan orang sembarangan jadi beliau mengerti betul apa yang dikatakannya. Jika beliau berpendapat demikian, hampir pasti memang demikianlah adanya. Bahwa jika kita bicara soal membuat pesawat dan kualitas pesawat itu sendiri, Indonesia memang benar masih di atas China.

Kata Ilham, saat ini China boleh bangga punya MA 60 yang saat ini digunakan Merpati.

Tapi pada dasarnya desain MA 60 itu mesinnya memang digunakan untuk militer, namun karena digunakan untuk sipil mereka menurunkan sedikit kualitasnya, karena dasarnya untuk militer sehingga boros, militerkan ngak mikirin boros apa tidak yang penting tahan banting dan menang perang.

MA 60 sendiri kata Ilham diakui sendiri oleh Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo kalau pesawat tersebut sangat boros.

Lantas dari segi mana kita masih teratas dibandingkan China dari segi kualitas pesawat?

Ya R80 (Regio Prop 80) yang saat ini sedang kita selesaikan proses pembangunannya, kita akan memiliki pesawat dengan menggunakan baling-baling, yang didesain untuk jarak dekat, hemat bahan bakar, teknologi terbaru, kapasitas lebih banyak yakni mencapai 80 kursi, mesin lebih cepat dan yang terpenting jauh lebih murah dari pesawat ATR karena produksi dan suku cadang dibuat semua di Indonesia, dan yang lebih penting lagi kita punya Sumber Daya Manusia yang berpengalaman bahkan seperti di Boeing, Airbus, ATR, di PT DI dan banyak lagi.

Seperti diketahui Ilham bersama Mantan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah bersama-sama membentuk PT Ragio Aviasi Industri (RAI) untuk membangun pesawat new N-250 yang dulu pernah dibuat BJ Habibie.

Pesawat berkapasitas 80 kursi tersebut diberi nama R80 atau Regio Prop 80 diamana pesawat tersebut menggunakan baling-baling.

Pesawat CN 295 buatan dalam negeri

Pesawat ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di Turki, 61 pesawat. CN-235 merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles (NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya. CN-295M mampu membawa sampai dengan total sembilan ton kargo atau kurang lebih 71 personel.
Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat tertentu. “Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2,” ujar Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Silaen di sela-sela penyerahan pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU.

CN 295 semenjak digunakan oleh TNI AU maupun negara-negara lain seperti Malaysia, Turki, Korea Selatan, belum pernah jatuh atau mengalami kecelakaan tragis maupun insiden ringan. Di luar sebab human error, pesawat CN 295 ini sangat tangguh dan tidak diragukan lagi, lebih baik ketimbang pesawat sejenis buatan Cina, yakni Ma 60. Pesawat ini sudah mendapat sertifikasi dari FAA sementara MA 60 belum. 
Pesawat buatan Indonesia ini sangat diperhitungkan kualitasnya oleh negara lain. Buktinya pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-220 digunakan oleh para pemimpin negara sebagai pesawat VIP.

Salah satu bukti bahwa produk PT DI berkualitas yakni pesawat CN 235-220 digunakan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Presiden Korea Selatan dan Pakistan.

Pesawat CN 235 milik TUDM hasil produksi PT DI digunakan sebagai pesawat VVIP, tampak lebih kuat dan dinamis.
Jadi, pesawat yang dipesan oleh negara-negara asing dari PT DI itu ternyata dijadikan sebagai pesawat VVIP, bukan untuk penumpang biasa. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Merpati dan riwayat kecelakaan pesawat MA 60

MA 60 dalam kondisi mengenaskan, setelah mengalami hard landing.

Sejak 2009 hingga 2013 ini sudah terjadi tujuh kali kecelakaan pesawat MA 60 yang semuanya terjadi saat akan mendarat, masing- masing di Filipina, Bolivia, Myanmar, dan Indonesia. Tidak ada korban jiwa kecuali yang terjadi di Kaimana 7 Mei 2011, seluruh 22 penumpang dan 4 awak pesawat meninggal dunia. 

Sebagai catatan, pesawat MA 60 adalah sebuah pesawat yang telah menerima sertifikat dari Civil Aviation Administration of China pada 2000 dan hingga kini tidak atau belum memiliki sertifikat dari Federal Aviation Administration (FAA) otoritas penerbangan Amerika Serikat yang paling berpengaruh dan kredibel di dunia. 

Sejak diterbangkan Merpati Nusantara Airlines (MNA) tahun 2011,MNA mengadakan sekitar 13 pesawat secara bertahap pada 2007 dengan harga per unitnya US$ 11 juta atau Rp 94,08 miliar,-- pesawat MA 60 buatan China mengalami beberapa insiden hingga kecelakaan. Pesawat yang tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT, pada Senin (10/6/2013) lalu ternyata bukan insiden yang pertama. Dalam kecelakaan pesawat udara terdapat 3 kriteria tingkatan kecelakaan, yaitu incident (insiden), serious incident (insiden serius), dan accident (kecelakaan). Bila pesawat tergelincir, biasanya digolongkan ke insiden, bila pesawat itu mengalami deformasi atau perubahan bentuk, biasanya digolongkan ke dalam insiden serius. Namun bila insiden itu sudah menelan korban jiwa, maka kategorinya adalah accident. Berikut daftar insiden dan kecelakaan pesawat MA 60.
19 Februari 2011, Tergelincir di El Tari Kupang, NTT

Pesawat Merpati MA 60 tergelincir dan keluar dari landasan (runaway) Bandara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 15 meter. Namun, kondisi pesawat tersebut dilaporkan tidak mengalami kerusakan berarti.

Pesawat baling-baling dengan register PK-MZJ itu tergelincir ketika hendak take off pukul 06.00 WITA.

Seorang saksi mata, Robin, yang tengah berada di bandara tersebut mengatakan, kecelakan pesawat baling-baling itu terjadi pada pukul 06.20 WITA, Sabtu (19/2/2011).

"Pas mau ngangkat (take off) ke udara, nggak jadi. Pesawat tergelincir ke luar dari landasan," kata Robin, kepada detikcom.

9 Mei 2011, Jatuh di Teluk Kaimana Papua
Ini adalah kecelakaan pesawat MA 60 paling tragis dengan jumlah korban terbanyak, di mana seluruh penumpang dan kru pesawat tidak ada yang selamat. Menurut pakar, pesawat tampak terlalu mudah nyungsep begitu saja ke laut dan tampak terlalu mudah. Meskipun KNKT menyimpulkan karena kesalahan Pilot, namun banyak pihak meragukan kseimpulan itu. 
Pesawat MA 60 yang dioperasikan Merpati Nusantara Airways jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat. Menurut GM Corporate Secretary & Legal Merpati Imam Turidy, pesawat mengangkut 19 penumpang dan 6 kru. Pesawat nahas itu menghujam ke dalam laut sekitar 500 meter sebelum mendarat ke landasan pacu Bandara Utarom, Kaimana. Semua penumpang dan kru pesawat tewas.

KNKT akhirnya menyelesaikan investigasi terhadap kecelakaan pesawat Merpati bernomor registrasi PK-MZK tersebut yang terjadi 7 Mei 2011 silam. Hasilnya, kecelakaan itu disebabkan kelalaian pilot.

2 Desember 2011, Keluarkan Percikan Api

MA mengeluarkan percikan Api

Apakah insiden ini karena kesalahan pilot juga ? Mudah sekali menyalahkan bawahan atau seseorang yang dinilai tak punya pengaruh atau kekuasaan. Mengkambinghitamkan kopral lebih gampang ketimbang menunjuk Jenderal yang harus bertanggung jawab. Fenomena seperti ini terjadi di mana-mana. Kalau jari telunjuk mengarah pada kualitas pesawat yang jelek, maka sudah pasti itu kesalahan akan mengarah pada direktur atau CEO Merpati, atau Menperindak yang berkolaborasi dengan petinggi terkait.
Pesawat MA 60 mengalami insiden mengeluarkan percikan api di udara, saat terbang dari Bima ke Denpasar.  

Pesawat itu memiliki nomor registrasi PK MZG/MA 60 dan nomor penerbangan NZ 623. Saat pesawat berada di ketinggian 6.500 kaki, penumpang melihat api keluar dari mesin kiri pesawat.

"Engineer memberi tahu ke kapten bahwa engine kiri ada fire. Langsung engine di-shut dan fire extinguisher diaktifkan. Lalu fire mati dan pesawat return to base (RTB) ke Bima dan landing safe," tutur Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub Bambang S Ervan.

Pilot pesawat tersebut adalah Kapten Dwi Wahyu. Sedangkan kopilotnya adalah Ari Dwi. Sedangkan teknisi yang ada dalam pesawat adalah Tri Nandang.

Dirut Merpati Sardjono Jhony bersyukur pilot pesawat itu telah melakukan prosedur yang tepat.

8 Januari 2012, Terperosok di Lahan Gambut Sampit


Pesawat Merpati MA 60 bernomor registrasi PK-MZM dengan nomor penerbangan MZ 536 Surabaya-Sampit  terperosok di runway Bandara H Asan Sampit, Kalimantan Tengah. 

Pesawat yang terbang dari Bandara Juanda, Surabaya, sebenarnya mendarat dengan sangat sempurna pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (7/1/2012), di Bandara H Hasan, Sampit. Sesuai prosedur pesawat taxi ke Apron 1500 dari Treshold 31.

"Namun Kapten Pilot Saptono, memutar terlalu ke tepi runway bandara, sehingga roda sebelah kiri pesawat masuk ke shoulder dan terjeblos. Karena tekstur tanahnya gambut, maka pesawat tidak bisa bergerak dan miring ke kiri," kata SVP Corporate Secretary & Legal Merpati, Imam T. Jakfar, dalam press release yang diterima detikcom, Senin (9/1/2012).

Pada pukul 16.30 WIB, seluruh penumpang berhasil dikeluarkan dengan baik, tanpa mengalami hambatan berarti. Sementara pesawat yang sempat mengganggu penerbangan di Bandara Haji Hasan, Sampit, juga sudah berhasil ditarik pada Minggu (8/1), dengan cara mengangkat roda pesawat tersebut.


1 Desember 2012, Tergelincir di Bandara Lombok

Pesawat Merpati Airlines Nomor penerbangan MZ 6063 tergelincir di Bandara Internasional Lombok (BIL), sesaat setelah mendarat. Sistem hidrolik ban kiri belakang pesawat tidak berfungsi, membuat pesawat terperosok. Namun seluruh penumpang selamat.

Pesawat jenis MA 60 buatan China itu mendarat di Bandara Lombok pukul 11.55 Wita. 

Desmi Indrayana, Humas Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok dihubungi detikcom, Senin (31/12/2012) mengatakan, pesawat itu tergelincir di taxiway bandara saat hendak menuju apron, sesaat setelah mendarat.

"Ban kiri keluar lintasan saat hendak berbelok menuju taxiway. Hasil pemeriksaan, karena sistem hidrolik pada roda kiri di belakang tidak berfungsi," kata Desmi.

Pesawat itu mengangkut 24 penumpang dari Bima. Seluruh penumpang selamat, dan dievakuasi dari tempat pesawat tergelincir.

10 Juni 2013, Tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT

Pesawat MA 60 Milik Merpati tergelincir hingga patah menjadi dua bagian.

Pesawat Merpati jenis MA 60 buatan China bernomor registrasi PK MZO mengalami crash landing (pendaratan sangat keras) dan undershoot alias pesawat yang mendaratkan rodanya sebelum titik pendaratan yang diharapkan di landasan (runway) pada pukul 09.40 Wita. Pesawat ini membuat Bandara El Tari Kupang ditutup karena evakuasi pesawat yang nose wheel atau roda depannya tak tampak keluar ini membutuhkan waktu berjam-jam.
Dari 45 penumpang dewasa dan 1 bayi semuanya selamat. Dari jumlah itu, ada 9 orang sempat dirawat di RS di Kupang, terdiri dari seorang penumpang dirawat di RS AU Kupang, sedangkan 6 orang penumpang masih dirawat di RSUD Prof dr WZ Johannes dan 2 orang penumpang di rawat di RS Bhayangkara, Kupang.
37 Orang Penumpang sudah kembali ke keluarganya masing masing di kawasan Kupang. Semua biaya hotel dan biaya rumah sakit ditanggung sepenuhnya oleh Merpati.
4 Kru yang terdiri dari Capt Adithya Prio Joewono, Co Pilot Au Yong Vun Pin serta 2 flight attendant Lanny Wulandari dan Anesa Purwanti dalam keadaan baik.
Evakuasi berlangsung sehari semalam hingga Bandara El Tari bisa dibuka hari ini pada pukul 07.00 Wita.
Kecelakaan di NTT merupakan yang ketujuh kalinya menimpa pesawat itu sejak pertama kali dipakai oleh Merpati Airlines dan keenam kalinya sejak dipakai oleh Sichuan Airlines. Pesawat yang sama juga pernah mengalami kecelakaan di Myanmar, Insiden di Kaimana merupakan yang paling buruk karena menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 27 orang.
Ironisnya lagi, 'musibah' itu sudah terjadi sejak pembelian pesawat tersebut. Awalnya pesawat ini akan dibeli sebanyak 15 unit dari Xian Industry. Namun, pada akhirnya hanya delapan unit yang dibeli. Xian tidak terima dengan perubahan ini lalu kemudian menggugat Merpati.
Skema pembayarannya pun bermasalah. Merpati Nusantara bersedia menandatangani kontrak dengan klausul di antaranya, bahwa Merpati sepekat dengan harga yang ditetapkan dalam kontrak tersebut. Termasuk Spesifikasi pesawat, cara pembayaran, bahkan skema pembelian pesawat.
Namun, pemerintah kemudian meminta bahwa sistem pengadaan pesawat MA-60 diubah menjadi leasing. Ketika itu, masalah ini membuat heboh karena ternyata Kementerian Keuangan belum menyetujui SLA untuk pembelian pesawat tersebut, namun pihak Merpati sudah menandatangani kontrak dengan Xian.
Pembelian nekat kalau boleh kita bilang. Ini bisa saja dipengaruhi oknum yang ingin mengeruk keuntungan dari pengadaan pesawat tersebut. Mereka merasa paling paham tentang pembelian itu sehingga melangkahi Kementerian Keuangan sekalipun.
Dalam pembelian itu sempat disebut-sebut adanya keterlibatan Jusuf Gunawan Wangkar, bekas Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Ia bahkan dituding terlibat dalam proyek pengadaan pesawat MA-60 yang juga dituding terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.
Jusuf Wangkar tentu saja membantahnya dengan keras. Ia berani bersumpah tidak tahu menahu mengenai pengadaan itu. Keterlibatan Jusuf Wangkar disebut-sebut dalam sebuah siaran pers yang dikeluarkan sebuah serikat buruh sebagai staf khusus Presiden yang masih aktif di lingkungan Istana Presiden dan ikut terlibat pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara Airlines.
Ketua Indonesia Development Monitoring Munatsir, ketika itu, menyebutkan yang menjadi broker pengadaan pesawat ini adalah bukan perusahaan yang profesional di bidangnya, yakni PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi. Perusahaan ini berkantor di kompleks Pergudangan Pluit Blok A.
"Untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh staf khusus Presiden SBY yaitu, Jusuf Wangkar. Karena pengaruh itu, mereka bisa memenangkan pengadaan ini walaupun bisnis intinya sama sekali tidak berada di bidang penerbangan,” ungkap Munatsir.

Minus Sertifikat FAA
Persoalan MA-60 ternyata tidak berhenti sampai di sana. Belakangan diketahui bahwa pesawat ini tidak memiliki sertikat Federal Aviation Administration (FAA) atau semacam badan keselamatan penerbangan Amerika Serikat.

Sertifikat itu tentu penting karena menunjukkan kelayakan terbang sebuah pesawat. Tentu saja, kelayakan dalam versi FAA dan itu tidak menjadi syarat mutlak bagi pesawat untuk terbang. Sebab, FAA memang bukan dewa penerbangan.

Sehingga Merpati pun menganggap sertifikat itu tidak penting. Alasannya, pesawat MA-60 tidak digunakan di AS sehingga tidak perlu sertifikat itu.

Memang FAA bukan penentu. Namun, bagaimanapun badan itu berpengalaman dalam menentukan kelaikan terbang, sehingga akan lebih bagus jika MA-60 juga dinyatakan layak oleh mereka.

Persoalannya ketika itu adalah, sertifikat dari mana yang memberi kelayakan untuk terbang? Tentu saja, dari China dan Indonesia. "Sertifikasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah China dan juga kita (Indonesia)," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti di Kementerian Perhubungan, Senin (10/6/2013) malam.

Cukup kredibel kah pemberi sertifikat itu? Inilah yang menjadi masalah. Sebab, jika Indonesia yang memberi sertifikat, maka itu perlu dipertanyakan. Sebab, negeri ini termasuk paling banyak mengalami kecelakaan pesawat sehingga tidak heran bila pesawat Indonesia sempat dilarang terbang ke Eropa.

Persoalan demi persoalan seharusnya menjadi pelajaran berharga, betapa sebuah kertas sertifikat bisa begitu berarti. Untuk urusan pesawat, menganggap sepele hal seperti itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa. Demi kepentingan segelintir pihak, jangan sampai membeli pesawat malah akhirnya membeli kendaraan maut. 

LIPI luncurkan Bus Listrik Nasional

Mobil listrik buatan nasional mengadakan fun drive pada peluncuran peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 17 di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2012). Mobil dengan kapasitas 17 orang ini mampu berjalan sejauh 150 kilometer dengan pengisian listrik 500 ampere. | KOMPAS.com/Vitalis Yogi Trisna

Setelah sekian lama menjadi wacana, akhirnya Kementerian Riset dan Teknologi meluncurkan bus listrik nasional buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI.
 Peluncuran bus listrik ini sekaligus menjadi penanda menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17 yang diperingati setiap 10 Agustus. 
 
Kehadiran bus listrik nasional ini semakin melengkapi beragam riset terkait mobil nasional. Sebelumnya sempat bergaung cukup kencang mobil rancangan para pelajar SMK di Kota Solo. 

Bus listrik tersebut mampu membawa 15 penumpang dengan kecepatan maksimal 100 km per jam. Untuk bisa melaju sampai kecepatan maksimal membutuhkan energi 53 kWh. Sumber tenaga bus listrik tersebut ialah baterai litium buatan Amerika sebanyak 100 buah yang bisa diset untuk energi sebesar 7.000 watt. 

Bus tersebut diklaim mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50 persen dan menurunkan biaya perawatan hingga 70 persen. Abdul menambahkan, prototipe minibus listrik nasional itu sebetulnya hanya salah satu rangkaian prototipe yang dihasilkan melalui proses pengembangan sejak 1997 lalu. Beberapa tahun sebelumnya juga telah dihasilkan prototipe mobil listrik Marlip dalam beragam tipe, prototipe mobil listrik konversi, dan mobil hybrid. 

Kehadiran bus listrik ini membawa angin sejuk bagi industri otomotif dalam negeri yang ramah lingkungan. Bahkan pemerintah serius menargetkan pada lima tahun mendatang minibus listrik siap diproduksi massal.

Berdasarkan riset, bus listrik tersebut cocok untuk sarana transportasi di Surabaya, Medan, dan Jakarta. Bus warna merah terang ini telah mencuri perhatian para pengusaha otomotif nasional. 
Sudah banyak industri yang menanyakan dan melirik potensi mobil listrik yang tidak tergantung BBM ini.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta yang ikut melakukan uji coba minibus listrik keliling Monas mendukung penuh riset ramah lingkungan ini karena sudah saatnya industri otomotif tidak tergantung produk asing dan BBM. 

Minibus listrik ini upaya nyata mengurangi kebutuhan energi nasional, terutama BBM, sesuai dengan arahan Presiden RI untuk menghemat energi.

Selain bus listrik, ada juga mobil listrik karya Dasep Ahmadi. Mobil rancangannya telah diuji coba oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dahlan memuji mobil listrik karya Dasep Ahmadi ini cukup nyaman dikendarai. 

Hadirnya bus listrik dan mobil listrik ini sesuai dengan keinginan pemerintah untuk membangun pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif berbasis green car. Lewat pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif alam dikembangkan tiga jenis mobil listrik, yaitu mobil minibus untuk angkutan umum, mobil untuk angkutan barang, dan mobil dalam kota (city car). 

Mobil listrik nasional ini rencananya akan diproduksi 10.000 unit pada 2014. Sekaligus pemerintah akan menerbitkan peraturan pemerintah terkait insentif dan disinsentif yang bermanfaat ikut mendorong pengembangan mobil listrik nasional. Insentif yang diberikan seperti pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, serta pembebasan bea masuk barang modal untuk komponen utama pengembangan mobil listrik seperti baterai.

Untuk mendukung rencana pemerintah, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU). Untuk tahap awal ini PLN akan menyediakan 10 SPLU yang tersebar di Kantor Kemeterian BUMN (2 unit), Kantor Kementerian ESDM, Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, PLN Bulungan Jakarta Selatan, PLN Mampang Jakarta Selatan, PLN Ciputat Tangerang, PLN Gambir Jakarta Pusat, dan PLN Tanjung Priok. Harga listrik dibanderol masuk nonsubsidi sekitar Rp 1.200 per kWh. Sedangkan harga jual mobil listrik diharapkan di bawah mobil pribadi sekitar Rp 50 juta hingga Rp 60 juta.
 
Sumber : Kompas

Rabu, 26 Februari 2014

Pindad siap luncurkan Tank Pertama buatan Indonesia

Tank Marder 1A3 TNI AD yang dibeli dari Rheinmettal Jerman beberapa waktu lalu.
PT Pindad (Persero) akan meluncurkan kendaraan tempur roda rantai atau tank. Tank yang rencananya akan dirilis merupakan tank tempur tipe ringan atau light dan medium versi Indonesia.
Untuk konsep tank versi light, Pindad mengadopsi teknologi dan desain tank jenis Scorpion buatan Inggris. Nantinya, tank ini, akan dikendalikan oleh tiga orang yakni bertindak sebagai commander, gunner dan driver.
Tank ringan Scorpions milik TNI AD

Meskipun akan mengembangkan 2 tipe tank yakni tipe light dan medium. Kemampuan senjata, tetap bisa ditingkatkan atau mengadopsi kemampuan heavy tank seperti Leopard.
Untuk komponen, pihak di Pindad tetap memprioritaskan komponen lokal. Namun, saat komponen tersebut tidak dijual atau dikembangkan di dalam negeri, pihaknya baru membeli dari luar negeri.
Tapi secara realistis, kita masih terbatas untuk power pack, engine, transmisi, dan cooling. Kita belum ada yang supply. Kalau senjata kaliber besar, kita masih impor karena di dalam negeri belum ada. Tapi kita usahakan, setiap kegiatan development setiap. Kalau terpaksa dengan luar negeri, kita harus ada TOT (transfer of technology), apa yang bisa kita ambil dari sana. Minimal kita tahu, konsep desain dan kalkulasinya seperti apa.
Sumber : DetikFinance

Ini Dia Monorail Buatan PT INKA


Menteri BUMN meresmikan "Mock up" Monorail buatan Konsorsium Perusahaan BUMN di Madiun, Senin 6 Mei 2013.
Apa yang bisa diperbuat oleh bangsa Indonesia dalam penguasaan teknologi ?  Jawabnya adalah sangat banyak. Dan sangat luar biasa. Kita sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan untuk membuat apapun yang bisa dibuat oleh bangsa lain di dunia, tanpa kecuali. 

Mengapa ? Karena, setiap manusia, pada hekekatnya, punya kemampuan untuk belajar. Kedua, seperti kata Presiden SBY, kebijaksanaan adalah milik semua bangsa. Bangsa Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia, punya kemampuan untuk belajar dan berkembang. Buktinya, kita bisa buat monorail yang cukup bagus.


Tahun 2008-an, baru kita lepas dari IGGI (CGI dibubarkan), lepas dari IMF dengan melunasi hutang-hutang kita (yang tak pernah kita gunakan dalam arti sebenarnya), dan mulai melakukan 'nasionalisasi' pelan-pelan (renegosiasi) MNC asing seperti Freeport, Exxon, Newmont, dan lain-lain. Titik inilah sebenarnya kemerdekaan Indonesia, yakni tahun 2008 !!!



Jadi kita merdeka secara ekonomi baru 5 tahun yang lalu !! Itu pun belum 100% merdeka secara ekonomi. Renegosiasi masih berlangsung. 

Nah, kalau kita bisa membuat monorail, apalagi pesawat terbang dan kapal perang, dalam waktu sesingkat itu, hebat khan ? 

Ya, akui sajalah kita memang cukup hebat. Semenjak BUMN ditangani oleh Dahlan Iskan, banyak kemajuan yang bisa diraih oleh hampir seluruh BUMN strategis. Misalnya, PT PINDAD yang sampai-sampai Pak BJ Habibie, mantan Presiden dan teknolog kita,  merasa perlu memberi apresiasi pada perusahaan itu. Lalu PT DI, PT PAL, LAPAN, Garuda, Krakatau Steel, dan lain-lain termasuk PT INKA mengalami peningkatan produktivitas yang menggembirakan. 

PT INKA membentuk konsorsium BUMN untuk membangun proyek monorail Jakarta-Bekasi yang di masa-masa pejabat sebelumnya tak terpikirkan. Bahkan dianggap tak mungkin alias impossible !

Namun faktanya konsorsium BUMN telah memajang mock up kereta monorail itu sebagaimana informasi di bawah ini. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, meresmikan tiga buah replika monorel yang dibuat oleh PT Industri Kereta Api (Inka) di Madiun, Jawa Timur.
Merah-putih. Warna bendera Indonesia. Mungkin ini maksudnya agar masyarakat lebih cinta pada produk dalam negeri ?





 








Dalam sambutan peresmian, Dahlan menjelaskan, replika monorel tersebut untuk angkutan umum rute Bekasi Timur-Cawang-Cibubur-Kuningan, angkutan penumpang atau Automated People Mover System (APMS) di area Bandara Soekarno-Hatta, serta angkutan barang atau Automated Container Transporter (ACT) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya-Terminal Peti Kemas Telok Lamong.
Modern, computerized, bersih dan canggih.
Direktur Utama Adhi Karya, Kiswodarmawan, kepada VIVAnews mengatakan, peluncuran mock up ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bentuk monorel yang nantinya akan dibangun di pinggir jalan tol Jakarta-Cikampek milik Jasa Marga ini.


Manajemen PT Angkasa Pura II membenarkan jika saat ini perseroan tengah menjajaki kerja sama dengan PT Adhi Karya Tbk dan PT Industri Kereta Api (Inka) untuk membuat monorel. Moda transportasi massal itu akan melayani angkutan di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.


Produk kelas dunia. Modern dan futuristik. Made in Indonesia.
Sumber : VIVAnews

6 Produk Alutsista buatan Indonesia yang dibeli militer asing

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista). Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan modern.

Namun, kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Jerman. Tank canggih itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.

Tank Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Indonesia memesan 100 tank Leopard Ri dan 52 Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.
Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.

Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.

Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri.

1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile

Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.
Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Malang, Jawa Timur.
Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel

Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.
CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.

3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste

Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS

PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.
Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia

Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India. Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.

6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika

Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas̢۪s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut. 

Sumber : Merdeka

PT PAL Produksi 16 Kapal Rudal Cepat pesanan TNI AL

Tiga Kapal Cepat Rudal TNI AL dalam Formasi Siap Tempur
 
Sinergi antara industri galangan kapal dengan industri pertahanan nasional makin kuat. Hingga sepuluh tahun ke depan, kebutuhan kapal industri pertahanan khususnya kapal cepat rudal (KCR) 60 meter mencapai 16 kapal. Saat ini tiga kapal di antaranya sudah menjalin kontrak kerja sama dengan PT PAL.
        
Sebagai industri galangan kapal, kendala utama pada pasokan peralatan dan komponen kapal. Selama industri dalam negeri belum mampu menyuplai peralatan dan komponen yang diperlukan, maka industri galangan kapal tetap bergantung ke impor. Tapi dengan keterbatasan itu, kami berusaha untuk menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. Karena dengan demikian kami masih terus dipercaya untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI-AL.

Ini sekaligus memajukan industri perkapalan nasional dan tantangan bagi PT PAL ke depan. Melalui momentum ini kami berharap PT PAL makin meningkatkan kinerja sebagai leading sector kapal perang skala dunia.

Meskipun baru menandatangani kontrak kerja sama untuk pembangunan KCR tiga unit, tapi ke depan pihaknya akan tetap mempercayakan pembangunan tiga belas kapal sisanya pada perusahaan pelat merah tersebut.

Dana yang digunakan untuk membeli satu KCR mencapai Rp 500 miliar. Pembangunan satu kapal tidak dapat mengandalkan komponen dalam negeri sepenuhnya. Menurutnya itu wajar, di berbagai negara pun memang rakitan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang dan Inggris. Tapi kami harapkan semua industri dan peralatan dalam negeri dipakai secara maksimal, misalnya kerja sama teknologi dengan PT LAN Industri (Persero), lalu pelat dari Krakatau Steel, interior dengan PT INKA. Jadi, semua industri dalam negeri diberdayakan.

Selain KCR, PT PAL juga memperoleh pesanan kapal selam yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korea dan sisanya satu kapal di galangan milik PT PAL. Sedangkan untuk membangun itu, PT PAL mengirim karyawannya ke Korea. 
 
Sumber : JPNN