"Soal Bikin Pesawat, Indonesia Masih di Atas China"- Ilham Habibie
Pesawat ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di Turki, 61 pesawat. CN-235 merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles (NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya. CN-295M mampu membawa sampai dengan total sembilan ton kargo atau kurang lebih 71 personel.
Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat tertentu. “Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2,” ujar Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Silaen di sela-sela penyerahan pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU.
CN 295 semenjak digunakan oleh TNI AU maupun negara-negara lain seperti Malaysia, Turki, Korea Selatan, belum pernah jatuh atau mengalami kecelakaan tragis maupun insiden ringan. Di luar sebab human error, pesawat CN 295 ini sangat tangguh dan tidak diragukan lagi, lebih baik ketimbang pesawat sejenis buatan Cina, yakni Ma 60. Pesawat ini sudah mendapat sertifikasi dari FAA sementara MA 60 belum.
Pesawat buatan Indonesia ini sangat diperhitungkan kualitasnya oleh negara lain. Buktinya pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-220 digunakan oleh para pemimpin negara sebagai pesawat VIP.
Salah satu bukti bahwa produk PT DI berkualitas yakni pesawat CN 235-220 digunakan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Presiden Korea Selatan dan Pakistan.
Jadi,
pesawat yang dipesan oleh negara-negara asing dari PT DI itu ternyata
dijadikan sebagai pesawat VVIP, bukan untuk penumpang biasa. Lalu
bagaimana dengan Indonesia?
Pesawat Merpati
MA 60 tergelincir dan keluar dari landasan (runaway) Bandara El Tari,
Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 15 meter. Namun, kondisi
pesawat tersebut dilaporkan tidak mengalami kerusakan berarti.
Sehingga Merpati pun menganggap sertifikat itu tidak penting. Alasannya, pesawat MA-60 tidak digunakan di AS sehingga tidak perlu sertifikat itu.
Memang FAA bukan penentu. Namun, bagaimanapun badan itu berpengalaman dalam menentukan kelaikan terbang, sehingga akan lebih bagus jika MA-60 juga dinyatakan layak oleh mereka.
Persoalannya ketika itu adalah, sertifikat dari mana yang memberi kelayakan untuk terbang? Tentu saja, dari China dan Indonesia. "Sertifikasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah China dan juga kita (Indonesia)," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti di Kementerian Perhubungan, Senin (10/6/2013) malam.
Cukup kredibel kah pemberi sertifikat itu? Inilah yang menjadi masalah. Sebab, jika Indonesia yang memberi sertifikat, maka itu perlu dipertanyakan. Sebab, negeri ini termasuk paling banyak mengalami kecelakaan pesawat sehingga tidak heran bila pesawat Indonesia sempat dilarang terbang ke Eropa.
Persoalan demi persoalan seharusnya menjadi pelajaran berharga, betapa sebuah kertas sertifikat bisa begitu berarti. Untuk urusan pesawat, menganggap sepele hal seperti itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa. Demi kepentingan segelintir pihak, jangan sampai membeli pesawat malah akhirnya membeli kendaraan maut.
Pesawat CN 295 Milik TNI AU buatan PT DI. Kuat, irit bahan bakar, cepat, dan belum pernah mengalami kecelakaan |
PM
Malaysia, PM Pakistan, Pemimpin Turki, dan Presiden Korea Selatan
merasa sangat puas menggunakan pesawat Buatan Bandung untuk kelas VVIP
Mereka. Kepala Angkatan Udara Tentara Diraja Malaysia bahkan menyetir
sendiri CN 235-220 miliknya.
Sebagai orang
awam, saya agak bingung kenapa Merpati Airlines justru impor pesawat
dari China berupa pesawat MA 60 turbo-prop yang saat ini digunakan,
padahal soal kualitas pesawat Indonesia masih jauh di atas China.
Ilham A.
Habibie, putra sulung mantan Presiden RI BJ Habibie, bukan orang
sembarangan jadi beliau mengerti betul apa yang dikatakannya. Jika
beliau berpendapat demikian, hampir pasti memang demikianlah adanya.
Bahwa jika kita bicara soal membuat pesawat dan kualitas pesawat itu
sendiri, Indonesia memang benar masih di atas China.
Kata Ilham, saat ini China boleh bangga punya MA 60 yang saat ini digunakan Merpati.
Tapi pada
dasarnya desain MA 60 itu mesinnya memang digunakan untuk militer, namun
karena digunakan untuk sipil mereka menurunkan sedikit kualitasnya,
karena dasarnya untuk militer sehingga boros, militerkan ngak mikirin
boros apa tidak yang penting tahan banting dan menang perang.
MA 60 sendiri kata Ilham diakui sendiri oleh Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo kalau pesawat tersebut sangat boros.
Lantas dari segi mana kita masih teratas dibandingkan China dari segi kualitas pesawat?
Ya R80 (Regio
Prop 80) yang saat ini sedang kita selesaikan proses pembangunannya,
kita akan memiliki pesawat dengan menggunakan baling-baling, yang
didesain untuk jarak dekat, hemat bahan bakar, teknologi terbaru,
kapasitas lebih banyak yakni mencapai 80 kursi, mesin lebih cepat dan
yang terpenting jauh lebih murah dari pesawat ATR karena produksi dan
suku cadang dibuat semua di Indonesia, dan yang lebih penting lagi kita
punya Sumber Daya Manusia yang berpengalaman bahkan seperti di Boeing,
Airbus, ATR, di PT DI dan banyak lagi.
Seperti
diketahui Ilham bersama Mantan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry
Firmansyah bersama-sama membentuk PT Ragio Aviasi Industri (RAI) untuk
membangun pesawat new N-250 yang dulu pernah dibuat BJ Habibie.
Pesawat berkapasitas 80 kursi tersebut diberi nama R80 atau Regio Prop 80 diamana pesawat tersebut menggunakan baling-baling.
Pesawat CN 295 buatan dalam negeri
Pesawat ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di Turki, 61 pesawat. CN-235 merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles (NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya. CN-295M mampu membawa sampai dengan total sembilan ton kargo atau kurang lebih 71 personel.
Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat tertentu. “Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2,” ujar Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Silaen di sela-sela penyerahan pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU.
CN 295 semenjak digunakan oleh TNI AU maupun negara-negara lain seperti Malaysia, Turki, Korea Selatan, belum pernah jatuh atau mengalami kecelakaan tragis maupun insiden ringan. Di luar sebab human error, pesawat CN 295 ini sangat tangguh dan tidak diragukan lagi, lebih baik ketimbang pesawat sejenis buatan Cina, yakni Ma 60. Pesawat ini sudah mendapat sertifikasi dari FAA sementara MA 60 belum.
Pesawat buatan Indonesia ini sangat diperhitungkan kualitasnya oleh negara lain. Buktinya pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-220 digunakan oleh para pemimpin negara sebagai pesawat VIP.
Salah satu bukti bahwa produk PT DI berkualitas yakni pesawat CN 235-220 digunakan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Presiden Korea Selatan dan Pakistan.
Pesawat CN 235 milik TUDM hasil produksi PT DI digunakan sebagai pesawat VVIP, tampak lebih kuat dan dinamis. |
Merpati dan riwayat kecelakaan pesawat MA 60
MA 60 dalam kondisi mengenaskan, setelah mengalami hard landing. |
Sejak 2009
hingga 2013 ini sudah terjadi tujuh kali kecelakaan pesawat MA 60 yang
semuanya terjadi saat akan mendarat, masing- masing di Filipina,
Bolivia, Myanmar, dan Indonesia. Tidak ada korban jiwa kecuali yang
terjadi di Kaimana 7 Mei 2011, seluruh 22 penumpang dan 4 awak pesawat
meninggal dunia.
Sebagai
catatan, pesawat MA 60 adalah sebuah pesawat yang telah menerima
sertifikat dari Civil Aviation Administration of China pada 2000 dan
hingga kini tidak atau belum memiliki sertifikat dari Federal Aviation
Administration (FAA) otoritas penerbangan Amerika Serikat yang paling
berpengaruh dan kredibel di dunia.
Sejak diterbangkan Merpati Nusantara Airlines (MNA) tahun 2011,MNA mengadakan sekitar 13 pesawat secara bertahap pada 2007 dengan harga per unitnya US$ 11 juta atau Rp 94,08 miliar,-- pesawat MA 60 buatan China mengalami beberapa insiden hingga kecelakaan. Pesawat yang tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT, pada Senin (10/6/2013) lalu ternyata bukan insiden yang pertama. Dalam
kecelakaan pesawat udara terdapat 3 kriteria tingkatan kecelakaan,
yaitu incident (insiden), serious incident (insiden serius), dan accident (kecelakaan). Bila
pesawat tergelincir, biasanya digolongkan ke insiden, bila pesawat itu
mengalami deformasi atau perubahan bentuk, biasanya digolongkan ke dalam
insiden serius. Namun bila insiden itu sudah menelan korban jiwa, maka
kategorinya adalah accident. Berikut daftar insiden dan kecelakaan pesawat MA 60.
19 Februari 2011, Tergelincir di El Tari Kupang, NTT
19 Februari 2011, Tergelincir di El Tari Kupang, NTT
Pesawat baling-baling dengan register PK-MZJ itu tergelincir ketika hendak take off pukul 06.00 WITA.
Seorang saksi
mata, Robin, yang tengah berada di bandara tersebut mengatakan,
kecelakan pesawat baling-baling itu terjadi pada pukul 06.20 WITA, Sabtu
(19/2/2011).
"Pas mau ngangkat (take off) ke udara, nggak jadi. Pesawat tergelincir ke luar dari landasan," kata Robin, kepada detikcom.
9 Mei 2011, Jatuh di Teluk Kaimana Papua
Ini adalah
kecelakaan pesawat MA 60 paling tragis dengan jumlah korban terbanyak,
di mana seluruh penumpang dan kru pesawat tidak ada yang selamat.
Menurut pakar, pesawat tampak terlalu mudah nyungsep begitu saja ke laut
dan tampak terlalu mudah. Meskipun KNKT menyimpulkan karena kesalahan
Pilot, namun banyak pihak meragukan kseimpulan itu.
Pesawat MA 60
yang dioperasikan Merpati Nusantara Airways jatuh di Teluk Kaimana,
Papua Barat. Menurut GM Corporate Secretary & Legal Merpati Imam
Turidy, pesawat mengangkut 19 penumpang dan 6 kru. Pesawat nahas itu
menghujam ke dalam laut sekitar 500 meter sebelum mendarat ke landasan
pacu Bandara Utarom, Kaimana. Semua penumpang dan kru pesawat tewas.
KNKT akhirnya
menyelesaikan investigasi terhadap kecelakaan pesawat Merpati bernomor
registrasi PK-MZK tersebut yang terjadi 7 Mei 2011 silam. Hasilnya,
kecelakaan itu disebabkan kelalaian pilot.
2 Desember 2011, Keluarkan Percikan Api
MA mengeluarkan percikan Api |
Apakah insiden
ini karena kesalahan pilot juga ? Mudah sekali menyalahkan bawahan atau
seseorang yang dinilai tak punya pengaruh atau kekuasaan.
Mengkambinghitamkan kopral lebih gampang ketimbang menunjuk Jenderal
yang harus bertanggung jawab. Fenomena seperti ini terjadi di mana-mana.
Kalau jari telunjuk mengarah pada kualitas pesawat yang jelek, maka
sudah pasti itu kesalahan akan mengarah pada direktur atau CEO Merpati,
atau Menperindak yang berkolaborasi dengan petinggi terkait.
Pesawat MA 60 mengalami insiden mengeluarkan percikan api di udara, saat terbang dari Bima ke Denpasar.
Pesawat MA 60 mengalami insiden mengeluarkan percikan api di udara, saat terbang dari Bima ke Denpasar.
Pesawat itu
memiliki nomor registrasi PK MZG/MA 60 dan nomor penerbangan NZ 623.
Saat pesawat berada di ketinggian 6.500 kaki, penumpang melihat api
keluar dari mesin kiri pesawat.
"Engineer
memberi tahu ke kapten bahwa engine kiri ada fire. Langsung engine
di-shut dan fire extinguisher diaktifkan. Lalu fire mati dan pesawat
return to base (RTB) ke Bima dan landing safe," tutur Kepala Pusat
Komunikasi Publik Kemenhub Bambang S Ervan.
Pilot pesawat
tersebut adalah Kapten Dwi Wahyu. Sedangkan kopilotnya adalah Ari Dwi.
Sedangkan teknisi yang ada dalam pesawat adalah Tri Nandang.
Dirut Merpati Sardjono Jhony bersyukur pilot pesawat itu telah melakukan prosedur yang tepat.
8 Januari 2012, Terperosok di Lahan Gambut Sampit
Pesawat Merpati
MA 60 bernomor registrasi PK-MZM dengan nomor penerbangan MZ 536
Surabaya-Sampit terperosok di runway Bandara H Asan Sampit, Kalimantan
Tengah.
Pesawat yang
terbang dari Bandara Juanda, Surabaya, sebenarnya mendarat dengan sangat
sempurna pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (7/1/2012), di Bandara H Hasan,
Sampit. Sesuai prosedur pesawat taxi ke Apron 1500 dari Treshold 31.
"Namun Kapten
Pilot Saptono, memutar terlalu ke tepi runway bandara, sehingga roda
sebelah kiri pesawat masuk ke shoulder dan terjeblos. Karena tekstur
tanahnya gambut, maka pesawat tidak bisa bergerak dan miring ke kiri,"
kata SVP Corporate Secretary & Legal Merpati, Imam T. Jakfar, dalam press release yang diterima detikcom, Senin (9/1/2012).
Pada pukul
16.30 WIB, seluruh penumpang berhasil dikeluarkan dengan baik, tanpa
mengalami hambatan berarti. Sementara pesawat yang sempat mengganggu
penerbangan di Bandara Haji Hasan, Sampit, juga sudah berhasil ditarik
pada Minggu (8/1), dengan cara mengangkat roda pesawat tersebut.
1 Desember 2012, Tergelincir di Bandara Lombok
Pesawat Merpati
Airlines Nomor penerbangan MZ 6063 tergelincir di Bandara Internasional
Lombok (BIL), sesaat setelah mendarat. Sistem hidrolik ban kiri
belakang pesawat tidak berfungsi, membuat pesawat terperosok. Namun
seluruh penumpang selamat.
Pesawat jenis MA 60 buatan China itu mendarat di Bandara Lombok pukul 11.55 Wita.
Desmi
Indrayana, Humas Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok dihubungi
detikcom, Senin (31/12/2012) mengatakan, pesawat itu tergelincir di
taxiway bandara saat hendak menuju apron, sesaat setelah mendarat.
"Ban kiri
keluar lintasan saat hendak berbelok menuju taxiway. Hasil pemeriksaan,
karena sistem hidrolik pada roda kiri di belakang tidak berfungsi," kata
Desmi.
Pesawat itu mengangkut 24 penumpang dari Bima. Seluruh penumpang selamat, dan dievakuasi dari tempat pesawat tergelincir.
10 Juni 2013, Tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT
Pesawat MA 60 Milik Merpati tergelincir hingga patah menjadi dua bagian. |
Pesawat Merpati
jenis MA 60 buatan China bernomor registrasi PK MZO mengalami crash
landing (pendaratan sangat keras) dan undershoot alias pesawat yang
mendaratkan rodanya sebelum titik pendaratan yang diharapkan di landasan
(runway) pada pukul 09.40 Wita. Pesawat ini membuat Bandara El Tari
Kupang ditutup karena evakuasi pesawat yang nose wheel atau roda
depannya tak tampak keluar ini membutuhkan waktu berjam-jam.
Dari 45 penumpang dewasa dan 1 bayi semuanya selamat. Dari jumlah itu, ada 9 orang sempat dirawat di RS di Kupang, terdiri dari seorang penumpang dirawat di RS AU Kupang, sedangkan 6 orang penumpang masih dirawat di RSUD Prof dr WZ Johannes dan 2 orang penumpang di rawat di RS Bhayangkara, Kupang.
37 Orang Penumpang sudah kembali ke keluarganya masing masing di kawasan Kupang. Semua biaya hotel dan biaya rumah sakit ditanggung sepenuhnya oleh Merpati.
4 Kru yang terdiri dari Capt Adithya Prio Joewono, Co Pilot Au Yong Vun Pin serta 2 flight attendant Lanny Wulandari dan Anesa Purwanti dalam keadaan baik.
Evakuasi berlangsung sehari semalam hingga Bandara El Tari bisa dibuka hari ini pada pukul 07.00 Wita.
Kecelakaan di NTT merupakan yang ketujuh kalinya menimpa pesawat itu sejak pertama kali dipakai oleh Merpati Airlines dan keenam kalinya sejak dipakai oleh Sichuan Airlines. Pesawat yang sama juga pernah mengalami kecelakaan di Myanmar, Insiden di Kaimana merupakan yang paling buruk karena menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 27 orang.
Ironisnya lagi, 'musibah' itu sudah terjadi sejak pembelian pesawat tersebut. Awalnya pesawat ini akan dibeli sebanyak 15 unit dari Xian Industry. Namun, pada akhirnya hanya delapan unit yang dibeli. Xian tidak terima dengan perubahan ini lalu kemudian menggugat Merpati.
Skema pembayarannya pun bermasalah. Merpati Nusantara bersedia menandatangani kontrak dengan klausul di antaranya, bahwa Merpati sepekat dengan harga yang ditetapkan dalam kontrak tersebut. Termasuk Spesifikasi pesawat, cara pembayaran, bahkan skema pembelian pesawat.
Namun, pemerintah kemudian meminta bahwa sistem pengadaan pesawat MA-60 diubah menjadi leasing. Ketika itu, masalah ini membuat heboh karena ternyata Kementerian Keuangan belum menyetujui SLA untuk pembelian pesawat tersebut, namun pihak Merpati sudah menandatangani kontrak dengan Xian.
Pembelian nekat kalau boleh kita bilang. Ini bisa saja dipengaruhi oknum yang ingin mengeruk keuntungan dari pengadaan pesawat tersebut. Mereka merasa paling paham tentang pembelian itu sehingga melangkahi Kementerian Keuangan sekalipun.
Dalam pembelian itu sempat disebut-sebut adanya keterlibatan Jusuf Gunawan Wangkar, bekas Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Ia bahkan dituding terlibat dalam proyek pengadaan pesawat MA-60 yang juga dituding terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.
Jusuf Wangkar tentu saja membantahnya dengan keras. Ia berani bersumpah tidak tahu menahu mengenai pengadaan itu. Keterlibatan Jusuf Wangkar disebut-sebut dalam sebuah siaran pers yang dikeluarkan sebuah serikat buruh sebagai staf khusus Presiden yang masih aktif di lingkungan Istana Presiden dan ikut terlibat pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara Airlines.
Ketua Indonesia Development Monitoring Munatsir, ketika itu, menyebutkan yang menjadi broker pengadaan pesawat ini adalah bukan perusahaan yang profesional di bidangnya, yakni PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi. Perusahaan ini berkantor di kompleks Pergudangan Pluit Blok A.
"Untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh staf khusus Presiden SBY yaitu, Jusuf Wangkar. Karena pengaruh itu, mereka bisa memenangkan pengadaan ini walaupun bisnis intinya sama sekali tidak berada di bidang penerbangan,” ungkap Munatsir.
Dari 45 penumpang dewasa dan 1 bayi semuanya selamat. Dari jumlah itu, ada 9 orang sempat dirawat di RS di Kupang, terdiri dari seorang penumpang dirawat di RS AU Kupang, sedangkan 6 orang penumpang masih dirawat di RSUD Prof dr WZ Johannes dan 2 orang penumpang di rawat di RS Bhayangkara, Kupang.
37 Orang Penumpang sudah kembali ke keluarganya masing masing di kawasan Kupang. Semua biaya hotel dan biaya rumah sakit ditanggung sepenuhnya oleh Merpati.
4 Kru yang terdiri dari Capt Adithya Prio Joewono, Co Pilot Au Yong Vun Pin serta 2 flight attendant Lanny Wulandari dan Anesa Purwanti dalam keadaan baik.
Evakuasi berlangsung sehari semalam hingga Bandara El Tari bisa dibuka hari ini pada pukul 07.00 Wita.
Kecelakaan di NTT merupakan yang ketujuh kalinya menimpa pesawat itu sejak pertama kali dipakai oleh Merpati Airlines dan keenam kalinya sejak dipakai oleh Sichuan Airlines. Pesawat yang sama juga pernah mengalami kecelakaan di Myanmar, Insiden di Kaimana merupakan yang paling buruk karena menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 27 orang.
Ironisnya lagi, 'musibah' itu sudah terjadi sejak pembelian pesawat tersebut. Awalnya pesawat ini akan dibeli sebanyak 15 unit dari Xian Industry. Namun, pada akhirnya hanya delapan unit yang dibeli. Xian tidak terima dengan perubahan ini lalu kemudian menggugat Merpati.
Skema pembayarannya pun bermasalah. Merpati Nusantara bersedia menandatangani kontrak dengan klausul di antaranya, bahwa Merpati sepekat dengan harga yang ditetapkan dalam kontrak tersebut. Termasuk Spesifikasi pesawat, cara pembayaran, bahkan skema pembelian pesawat.
Namun, pemerintah kemudian meminta bahwa sistem pengadaan pesawat MA-60 diubah menjadi leasing. Ketika itu, masalah ini membuat heboh karena ternyata Kementerian Keuangan belum menyetujui SLA untuk pembelian pesawat tersebut, namun pihak Merpati sudah menandatangani kontrak dengan Xian.
Pembelian nekat kalau boleh kita bilang. Ini bisa saja dipengaruhi oknum yang ingin mengeruk keuntungan dari pengadaan pesawat tersebut. Mereka merasa paling paham tentang pembelian itu sehingga melangkahi Kementerian Keuangan sekalipun.
Dalam pembelian itu sempat disebut-sebut adanya keterlibatan Jusuf Gunawan Wangkar, bekas Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Ia bahkan dituding terlibat dalam proyek pengadaan pesawat MA-60 yang juga dituding terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.
Jusuf Wangkar tentu saja membantahnya dengan keras. Ia berani bersumpah tidak tahu menahu mengenai pengadaan itu. Keterlibatan Jusuf Wangkar disebut-sebut dalam sebuah siaran pers yang dikeluarkan sebuah serikat buruh sebagai staf khusus Presiden yang masih aktif di lingkungan Istana Presiden dan ikut terlibat pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara Airlines.
Ketua Indonesia Development Monitoring Munatsir, ketika itu, menyebutkan yang menjadi broker pengadaan pesawat ini adalah bukan perusahaan yang profesional di bidangnya, yakni PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi. Perusahaan ini berkantor di kompleks Pergudangan Pluit Blok A.
"Untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh staf khusus Presiden SBY yaitu, Jusuf Wangkar. Karena pengaruh itu, mereka bisa memenangkan pengadaan ini walaupun bisnis intinya sama sekali tidak berada di bidang penerbangan,” ungkap Munatsir.
Minus Sertifikat FAA
Persoalan MA-60 ternyata tidak berhenti sampai di sana. Belakangan
diketahui bahwa pesawat ini tidak memiliki sertikat Federal Aviation
Administration (FAA) atau semacam badan keselamatan penerbangan Amerika
Serikat.
Sertifikat itu tentu penting karena menunjukkan kelayakan terbang sebuah pesawat. Tentu saja, kelayakan dalam versi FAA dan itu tidak menjadi syarat mutlak bagi pesawat untuk terbang. Sebab, FAA memang bukan dewa penerbangan.
Sertifikat itu tentu penting karena menunjukkan kelayakan terbang sebuah pesawat. Tentu saja, kelayakan dalam versi FAA dan itu tidak menjadi syarat mutlak bagi pesawat untuk terbang. Sebab, FAA memang bukan dewa penerbangan.
Sehingga Merpati pun menganggap sertifikat itu tidak penting. Alasannya, pesawat MA-60 tidak digunakan di AS sehingga tidak perlu sertifikat itu.
Memang FAA bukan penentu. Namun, bagaimanapun badan itu berpengalaman dalam menentukan kelaikan terbang, sehingga akan lebih bagus jika MA-60 juga dinyatakan layak oleh mereka.
Persoalannya ketika itu adalah, sertifikat dari mana yang memberi kelayakan untuk terbang? Tentu saja, dari China dan Indonesia. "Sertifikasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah China dan juga kita (Indonesia)," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti di Kementerian Perhubungan, Senin (10/6/2013) malam.
Cukup kredibel kah pemberi sertifikat itu? Inilah yang menjadi masalah. Sebab, jika Indonesia yang memberi sertifikat, maka itu perlu dipertanyakan. Sebab, negeri ini termasuk paling banyak mengalami kecelakaan pesawat sehingga tidak heran bila pesawat Indonesia sempat dilarang terbang ke Eropa.
Persoalan demi persoalan seharusnya menjadi pelajaran berharga, betapa sebuah kertas sertifikat bisa begitu berarti. Untuk urusan pesawat, menganggap sepele hal seperti itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa. Demi kepentingan segelintir pihak, jangan sampai membeli pesawat malah akhirnya membeli kendaraan maut.
CN 295 sebenarnya tidak pernah ada. Yang sebenarnya adalah C295 buatan airbus military dan casa spanyol. PT. DI tidak pernah berperan apapun dalam pembuatan C295.
BalasHapusPerdana menteri malaysia tidak pernah menggunakan cn235. Pesawat kenegaraan malaysia adalah Airbus A319.
BalasHapusHihihihihi,itulah lucunya negara kita ini.nafsu besar tenaga kurang
BalasHapusartikel milik orang indonesia.semua berlebihan.padahal baru ember bisa di buat uda gembar gembir.C295 pesawat 100%buatan spanyol.tidak ada sangkut paut dengan indonesia.pesawat CN 235 saja cm cat doang di DI
BalasHapus